Catatan kecil dari Rinduhati

Krisis air pada umumnya disebabkan oleh kelemahan manajemen sumberdaya air, seperti lemahnya kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya air, pengelolaan yang parsial, peraturan yang tidak memadai, pencemaran air makin meluas, dan pemakaian air yang tidak efisien.

Semua pihak perlu menyikapi hal tersebut dengan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumberdaya air. Kebijakan pengelolaan sumberdaya air dan secara umum pengelolaan sumberdaya alam oleh pemerintah Indonesia masih bercirikan pendekatan sektoral dan top-down. Sebagai contoh, ada banyak instansi yang memiliki tugas pengurusan Daerah Aliran Sungai (DAS), namun penyelenggaraannya cenderung sektoral, tidak terpadu bahkan terkadang berbenturan, dan tidak partisipatif. Upaya pemberdayaan masyarakat lokal pun belum mendapatkan perhatian serius dalam manajemen DAS, yang berakibat pada semakin minimnya inisiatif lokal untuk pelestarian alam dan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat yang tidak ramah lingkungan.

Kondisi tersebut mengakibatkan degradasi dan semakin rentannya ekosistem DAS yang berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat yang berada dalam ekosistem tersebut.

DAS Air Bengkulu membentang dari wilayah Kabupaten Bengkulu Utara di bagian hulu hingga bagian hilirnya di Kota Bengkulu. Luas DAS Air Bengkulu 51.500 ha dengan 3 Sub DAS (Sub DAS Susupan 9.890, Sub DAS Rindu Hati 19.207, sub DAS Air Bengkulu 22.402 ha) memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Kondisi ekositem DAS Air Bengkulu saat ini mengalami degradasi akibat dari belum adanya konsep pengelolaan yang baik dan terpadu. Wilayah tangkapan air (catchment area) tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Konversi hutan menjadi pertanian dan perkebunan, praktik penebangan kayu ilegal di hutan lindung dan cagar alam, serta pola pertanian yang tidak konservasitif adalah alasan-alasan utama meningkatnya erosi, sedimentasi dan fluktuasi debit sungai. Intensitas sedimentasi juga diperparah oleh eksploitasi tambang batubara di dua lokasi di hulu DAS Air Bengkulu.

Pengelolaan DAS Air Bengkulu hingga saat ini belum menjadi perhatian serius oleh banyak kalangan termasuk pemerintah daerah. Sangat nampak bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di DAS Air Bengkulu tidak dilakukan dengan pendekatan ekosistem, bahwa kerusakan di wilayah hulu juga berdampak pada perekonomian masyarakat hilir yang sebagian masyarakat hidup dari hasil pertanian sawah dan nelayan tradisional.

Fasilitasi perencanaan kampung partisipatif Desa Rinduhati Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Pengelolaan DAS Air Bengkulu dengan Pendekatan Negosiasi (NIRBM). Kerja-kerja ini tentu saja dimaksudkan untuk mempertegas kembali prinsip-prinsip keterpaduan dan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Post a Comment

0 Comments