Mukjizat Cinta, Part #1

Sarikata: Bulan September waktu itu, ketika aku begitu dekat dengan wanita itu, wanitabernama Tiwi, pratiwi Zakhrotuni tepatnya. aku juga telah begitu dekatdengan dia, tapi tidak disini, tidak di alam ini tapi di alam mimpi. Olehkarena itu, begitu aku dekat dengan dia maka aku berusaha untuk menyampaikanapa yang aku rasa dan apa yang aku alami di alam itu, tapi terlalu susahuntukku mengutarakan semua itu, aku tidak ingin kedekatan ini akan berubahjika aku mengatakannya.

Sudah lama ya, kita tidak melihat bintang-bintang?" kata Tiwi sambil melihatke arah angkasa. Ke arah langit gelap yang dipenuhi bintang. Menatapbintang-bintang. Juga menatap rembulan."Ah, tidak juga," jawabku santai. "Sudah lama!" "Tidak juga." Akuperhatikan Tiwi sejak tadi. Ia terus menerus menatap ke arah langit. Menatapbintang-bintang dan bulan. Menikmati keindahan malam. Menikmati keindahanciptaan Tuhan. "Eh, sudah lama ya kita tidak melihat bintang-bintang?"tanya Tiwi lagi. Sekali lagi ia bertanya dengan pertanyaan yang sama.


"Tidakjuga." "Kamu ini bagaimana sih?" "Lho apanya?" "Kita kan sudah lama tidakmelihat bintang-bintang di langit?""Baru enam bulan yang lalu, Tiwi sayang."

"Berarti sudah lama kan?" "Iyadeh." Tiwi terus saja menatap ke arah langit. Mengamati bintang-bintang dilangit. Mengamatinya satu persatu. Juga mengamati bulan.

Tapi ia lebih sukamengamati bintang-bintang. Terkadang ia suka membawa teropong untuk melihatbintang-bintang. Kami memang selalu ke tempat ini. Sebuah tempat terpencildi luar kota dan di bawah kaki sebuah gunung besar.

Aku hanya menemaninyasaja. Terus terang saja aku cuma suka melihat bintang-bintang tanpa perlumengetahuinya,"Hei, aku mengajak kamu ke sini untuk bersenang-senang!" gerutunya kesal.Tiwi bangkit dan berkacak pinggang. Berpaling ke arahku sambil melotot."What?" Aku bertanya-tanya. Masih sambil berbaring. Melihat ke atas.

Melihatke bintang-bintang. Juga menatap rembulan. Ia masih saja berkacak pinggangdan cemberut.

Aku langsung memeluknya. "Jangan ngambek dong." "Hmmm." Iatidak menjawabnya, malah tersenyum manja. "Ayo kita lihat bintang lagi."Kami pun berbaring di rerumputan. Kembali melihat bintang-bintang danmenghitungnya satu-persatu.

Menatap keindahan bintang-bintang sambilmengunyah biskuit yang kubawa. Betapa indah dan megahnya ciptaan AllahSemesta Alam."Hei, lihat ada bintang jatuh!" ujarnya sambil menunjuk sebuah bintangjatuh. Tingkahnya tentu saja lagi-lagi mengagetkan aku yang masih mengunyahbiskuit. Hampir saja aku tersedak. "Hmmm."

"Make your wish!" "Buat apa?"tanyaku dengan heran, dengan mulut penuh biskuit. "Kata orang-orang kalauada bintang jatuh, make your wish and your wish will come true!" jawabnyabersemangat. "Aku tidak percaya dengan hal-hal seperti itu, aku lebihpercaya dengan Tuhan." "Lho, apa salahnya?" "Baiklah!" Aku berkomat-kamittidak jelas layaknya seorang dukun. Dan, supaya Tiwi tidak mengetahui apayang aku inginkan. "Sudah?" tanyanya penuh selidik.

Aku cuma tersenyum."Bolehaku tahu?" cecar Tiwi. "Tidak boleh dong," jawabku. Masih sambilmengunyah biskuit renyah yang kubawa waktu itu.Itulah Tiwi wanita bertubuh mungil yang cantik dan selalu riang, selalupenuh dengan cerita-cerita dan terus bersemangat, dan memberiku banyak arti,kata orang aku saat itu hanyalah seorang yang pendiam, dan akupun bukanlahorang yang populer. tetapi tiwi sangat antusias dan ingin dekat dengan ku.Sungguh aku mencintainya.

Post a Comment

0 Comments